Rabu, 31 Agustus 2011

Bola Mania...." Timnas Akan Mencuri Point"

elang Iran vs Indonesia

Mencuri Poin di Azadi  

Arpan Rachman - Okezone / Rabu, 31 Agustus 2011 14:47 wib

Timnas Indonesia (Foto: Okezone.com/Heru Haryono) 

Timnas Indonesia (Foto: Okezone.com/Heru Haryono

 

IRAN mengusik dunia lewat pernyataan Presiden Mahmoud Ahmadinejad tentang Holocaust. Sejak usikan itu, para pemain asal negara di Teluk Persia satu per satu pergi menanggalkan kostum klub-klub yang mengontrak mereka sebagai profesional di Negeri Bavaria.
Para pesepakbola Iran mengucapkan selamat tinggal kepada berbagai klub Jerman. Sejak duo gelandangnya, Khodadad Azizi hingga Karim Bagheri. Mulai Vahid Hashemian sampai Ferydoon Zandi. Bahkan, dari Mehdi Mahdavikia ke Ali Karimi.

Sebaliknya, dunia sempat pula mengusik ketenangan Iran. Musuh politiknya, Amerika Serikat, melakukan manuver dimotori agitasi dalam sebuah majelis di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Yang disoal, ancaman bahaya Perang Dunia Ketiga dari potensi teknologi nuklir yang dibiakkan dengan alasan kesehatan di Negeri Mullah.


Semejak itu pula orbit negara-negara di jazirah Arab, khususnya Iran, mengalami kemunduran total. Tiada satupun dari mereka tampil dalam Piala Dunia terakhir, di Afrika Selatan 2011 lalu.


Sekarang, isu kepalsuan sejarah Hollocaust di Perang Dunia Kedua yang kemudian dengan tak kalah panasnya dibalas isu bahaya nuklir berpotensi mengecamukkan Perang Dunia Ketiga telah berjalan lalu seiring waktu. Dunia versus Iran tinggal jadi kisah lama.


Kesan kita kini tentang situasi percaturan politik dunia ialah rasa agak tertib yang lebih disibukkan urusan teroris sepeninggal Usamah bin Ladin, skema perdagangan karbon demi mencegah pemanasan global, gejala aneksasi Afganistan oleh Barat yang tak kunjung selesai, dan Piala Dunia FIFA di Brazil 2014 mendatang.


Akselerasi tim nasional Iran yang dijuluki Tim Melli harus diakui selama setahun terakhir terasa sangat menakjubkan. Kesebelasan revolusioner Republik Islam itu telah mencatat rekor bermain 9 kali, menang 8 kali, hanya kalah satu kali, dan selisih gol positifnya 12, dari hasil mencetak 14 berbanding 2 kali kebobolan saja. Seluruh pemain Iran mulai bergerak cepat laksana proton dan neutron mengikat inti atom. Kendati mereka tidak sempat memenangkan gelar juara Asia tahun ini.


Inilah raksasa yang diunggulkan di Grup E putaran ketiga Zona Asia. Sepanjang sejarahnya, Iran telah memanggungkan 511 pertandingan. Di antaranya, 277 kali menang, 124 kali seri, 110 kali kalah, mencetak 940 gol dan kebobolan 431 kali, sehingga deviasi golnya jadi 509. Bayangkanlah, betapa seramnya agresivitas penyerang yang rata-rata mengemas 0,99 gol setelah berlaga selama lebih 500 kali.


Situs resmi FIFA bahkan mengomentari Grup E putaran ketiga kualifikasi zona Asia seperti layaknya pertarungan berebut juara antara Iran dan Qatar saja. Jadi, ada satu tanda tanya: Mungkinkah Iran sudah mengembangkan sepakbola melalui pemanfaatan teknologi nuklir? Di bawah racikan Carlos Queiroz, Javad Nekounam cs menjadi unggulan di Grup E. Mereka akan berhadapan lawan Indonesia di Azadi Stadium, Teheran, Jumat (2/9/2011).


Awalnya, Queiroz mantan asisten Sir Alex Fergusson di Manchester United sempat dikritik publik Iran. Dia disebut bukan pelatih sebenarnya, kapasitasnya dikecam hanya sekelas asisten belaka. Di tengah kritik tersebut, posisi paling krusial yang disorot para pencinta sepakbola mereka sebagai titik lemah di timnas Iran ialah bek tengah yang dinilai lamban.


Selebihnya, penampilan para pemain kawakan seperti Karimi, Aghily, Teymourian, dan Nekounam pun sudah dianggap tak bertenaga lagi. Namun satu bintang baru, Mohammad-Reza Khalatbari, menjadi inti atomnya di lini depan.


Striker bergelar Raja dari Zob Ahan itu sempat merusak jantung pertahanan Rusia yang terkenal kokoh. Kebiasaannya menyisir serangan dari sayap, kemudian masuk tanpa terkawal ke dalam kotak penalti. Mematikan ruang jelajah Khalatbari, salah satu taktik yang mesti dikembangkan pertahanan Garuda Merah-Putih. Sedangkan poros tiga gelandang tua Karimi-Teymourian-Nekounam harus dilawan dengan keras oleh Utina-Toni-Hariono.


Bila gelandang Indonesia main lembek, maka keindahan pola permainan Iran akan segera menghancurkan di menit-menit awal pertandingan. Kelincahan langkah lari kaki bak penari balet naik permadani terbang dari Persia hanya dapat dilawan dengan pola bermain keras agak brutal seperti yang dipertontonkan Belanda ketika melawan Spanyol di final Piala Dunia lalu.


Target Indonesia mencuri poin di Azadi boleh diawali tiga kata: Jangan takut melawan! Tapi awas kartu merah. Berjuanglah laksana sepasukan singa dari Gurun Pasir menyerbu Teluk Persia. Satu langkah pasti di Teheran akan menentukan jalannya lima pertandingan ke depan.


(seb

Sumber : Okezone

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar