Fadel Muhammad Tetap Tolak Impor Garam
Rabu, 31 Agustus 2011 | 15:22 WIB
Ilustrasi
TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad berkukuh tidak akan melakukan penambahan impor garam. "Kami pokoknya berusaha agar konsumsi garam menggunakan produk dalam negeri," ujar Fadel usai bersilaturahim di kediaman mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, Rabu, 31 Agustus 2011.
Fadel menyebutkan sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia seharusnya Indonesia tidak perlu melakukan impor garam. "Malu kita kalau mengimpor garam," ujarnya.
Apalagi, kata Fadel, Indonesia pernah tercatat sebagai negara pengekspor garam hingga tahun 2002. Namun sekarang Indonesia justru tercatat sebagai negara pengimpor garam dari berbagai negara seperti dari India dan Australia.
Untuk kembali meningkatkan produksi garam lokal, kata Fadel, Kementerian Perikanan dan Kelautan tengah mengembangkan program pemberdayaan garam rakyat (Pugar). Program ini akan fokus pada perluasan area dan kapasitas produksi garam masyarakat. "Kalau dikembangkan, garam lokal itu cukup dan tidak perlu diimpor."
Pernyataan Fadel ini akan menambah lama pembongkaran garam impor yang sempat tertahan di Pelabuhan Ciwandan, Banten, awal Agustus lalu. Garam yang diimpor oleh PT Sumatraco Langgeng Makmur itu hingga kini masih disegel kepabeanan pelabuhan.
Agar kasus serupa tak terulang, Fadel meminta impor garam untuk konsumsi dihentikan sementara. Dia yakin produksi garam konsumsi tahun ini mencapai 1,2 juta ton. Sedangkan garam konsumsi yang dihasilkan panen petani mencapai 300-400 ribu ton. Untuk menggenjot produksi, Fadel menyebutkan kementeriannya akan terus meningkatkan pemberdayaan masyarakat pantai penghasil garam untuk meningkatkan produksi garam nasional.
(IRA GUSLIA)
Fadel menyebutkan sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia seharusnya Indonesia tidak perlu melakukan impor garam. "Malu kita kalau mengimpor garam," ujarnya.
Apalagi, kata Fadel, Indonesia pernah tercatat sebagai negara pengekspor garam hingga tahun 2002. Namun sekarang Indonesia justru tercatat sebagai negara pengimpor garam dari berbagai negara seperti dari India dan Australia.
Untuk kembali meningkatkan produksi garam lokal, kata Fadel, Kementerian Perikanan dan Kelautan tengah mengembangkan program pemberdayaan garam rakyat (Pugar). Program ini akan fokus pada perluasan area dan kapasitas produksi garam masyarakat. "Kalau dikembangkan, garam lokal itu cukup dan tidak perlu diimpor."
Pernyataan Fadel ini akan menambah lama pembongkaran garam impor yang sempat tertahan di Pelabuhan Ciwandan, Banten, awal Agustus lalu. Garam yang diimpor oleh PT Sumatraco Langgeng Makmur itu hingga kini masih disegel kepabeanan pelabuhan.
Agar kasus serupa tak terulang, Fadel meminta impor garam untuk konsumsi dihentikan sementara. Dia yakin produksi garam konsumsi tahun ini mencapai 1,2 juta ton. Sedangkan garam konsumsi yang dihasilkan panen petani mencapai 300-400 ribu ton. Untuk menggenjot produksi, Fadel menyebutkan kementeriannya akan terus meningkatkan pemberdayaan masyarakat pantai penghasil garam untuk meningkatkan produksi garam nasional.
(IRA GUSLIA)
Sumber : Tempo Interaktif