KOMPAS/ABDUL LATHIEF
Bus Sumber Kencono yang terlibat kecelakaan lalu lintas
di jalan bypass Mojokerto, Jawa Timur, Senin (12/9/2011)
JAKARTA, Dirgantara Info Media -
Pelaku usaha transportasi merasa disudutkan baik oleh masya rakat maupun oleh pemerintah, yang seharusnya berposisi sebagai pembina. Hal demikian, dapat menyurutkan minta untuk berinvestasi di sektor transportasi padahal kebutuhannya sangat besar.
Demikian dikatakan oleh pemerhati transportasi Rudy Thehamihardja, Minggu (18/9/2011) di Jakarta. Rudy menegaskan, pemerintah maupun masyarakat tak boleh dengan mudah menghakimi perusahaan transportasi.
Rudy mengambil contoh Perusahaan Otobus Sumber Kencono. Dia menegaskan, sanksi terhadap Sumber Kencono justru malah kontraproduktif. Jangankan ada pengusaha baru yang ingin mendirikan perusahaan otobus. Generasi dua atau tiga dari perusahaan bus, juga akan malas melanjutkan usaha, kata dia.
Sejak beberapa tahun silam di PO Sumber Kencono, kata Rudy, ada sistem "reward and punishment". Sopir tidak kecelakaan diberi hadiah, sebaliknya kalau ada kondektur memanas-manasi sopir untuk ngebut bisa dipecat. Mengapa tetap a da kecelakaan? Lha, pemerintah harus mengevaluasinya," ujar dia.
Dalam beberapa kecelakaan melibatkan bus, kata Rudy, bila mau jujur ada andil terbesar dari pengguna jalan lain seperti sepeda motor. Tapi kecelakaan serupa berulangkali terjadi oleh karena tidak adanya perbaikan dan pembinaan, utamanya bagi pengendara sepeda motor.
Porsi Kecelakaan Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia Bambang Harjo, pun menyatakan sebenarnya kecelakaan lebih banyak diakibatkan oleh kendaraan pribadi bukan oleh kendaraan umum.
Bambang mengutip data selama angkutan lebaran, dimana sebesar 661 orang meninggal dari 4006 kasus kecelakaan selama 23 Agustus sampai 4 September 2011 . Hanya lima persen dari kecelakaan yang melibatkan kendaraan umum. Sebaliknya 95 persen kecelakaan melibatkan kendaraan pribadi, kata dia.
Rudy pun mengingatkan pemerintah dan juga media, untuk lebih menyoroti soal kecelakaan di jalan raya yang melibatkan kendaraan pribadi. Jumlahnya sangat besar, dan harus segera dipecahkan. Kalau pengusaha bus malah selalu memperbaiki diri, tanpa sokongan dari pemerintah, ujarnya.
Bambang Harjo pun mengatakan, kecelakaan di jalan raya lebih banyak disebabkan faktor-faktor seperti tidak steril nya jalan sehingga di kiri-kanan rumah masyarakat sehingga banyak yang menyeberang baik manusia maupun hewan. Lalu, kata Bambang, ada banya jalan dua arah bersimpangan dan sempit, sehingga resiko bertabrakan sangat besar. Juga kurang penerangan dan jalan banyak yang rusak berlubang. Dengan kondisi infrastruktur seperti di Indonesia, tingkat kelelahan pengemudi akan tinggi sehingga kawaspadaan pun berkurang, ujar dia.
Sumber : Kompas
Berita Terkait :
5 Penyebab Mobil Mengalami Kecelakaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar