Jumat, 16 September 2011

Presiden Sedih Korupsi Masih Terjadi


KOMPAS/LUCKY PRANSISKA Gerakan Rakyat Anti Korupsi berunjuk rasa 
di Komisi Pemberantasan Korupsi, Rabu (15/6/2011). 
Mereka meminta KPK segera memeriksa dugaan markup dalam pengadaan 
alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin senilai Rp 18 miliiar 
pada tahun anggaran 2008



JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merasa sedih dan prihatin karena praktik korupsi masih terus terjadi di Indonesia. Padahal, Presiden memiliki komitmen kuat dalam membersihkan pemerintahannya dari korupsi.

Tak hanya itu, Presiden telah melakukan langkah-langkah internal dan klarifikasi terhadap para pembantunya yang diduga terlibat kasus korupsi, termasuk Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar. Kesedihan Presiden ini disampaikan Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparingga kepada para wartawan di kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (15/9/2011).

"Tapi Presiden membesarkan hatinya bahwa sistem kelihatannya bekerja karena mampu mengungkap, walaupun sebenarnya jumlahnya itu agak menyedihkan," kata Daniel.
Pada kesempatan tersebut, Daniel juga membantah bahwa Istana Kepresidenan memelihara korupsi seperti yang ditudingkan sejumlah pihak. Daniel menilai tuduhan tersebut sebagai hal yang kurang tepat.

"Kalau di luar sana orang menangisi korupsi, kami yang di dalam (pemerintahan) juga sedih dan prihatin dengan itu. Tapi kami juga mendorong masyarakat agar tetap positif dan optimis bahwa pengungkapan kasus demi kasus itu menandakan tidak ada yang tidur, tidak ada yang berhenti," ujar Daniel. Kepala Negara juga dikatakan telah mendorong Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk bekerja sama untuk menghentikan praktik korupsi di Indonesia.

Ketika ditanya apakah ada peluang reshuffle atau pergantian susunan kabinet menteri, Daniel mengatakan, pemerintah menginginkan perubahan. "Tekanan terhadap pemerintah di tiga tahun yang tersisa agar bekerja secara baik, lebih efektif, produktif, adalah pesan politik moral yang terima Presiden dengan dua telinga lebar-lebar. Itu semua dorongan, sokongan. Ini akan membawa sejumlah implikasi penting dan kinerja kabinet," kata Daniel.

Sumber : Kompas

Berita Terkait : Presiden Minta Remisi Koruptor Dihentikan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar