KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan seluruh lapisan masyarakat untuk tidak melupakan jati diri dan warisan luhur budaya bangsa dengan melakukan kegaduhan, kekerasan, dan kerusuhan.
Imbauan tersebut disampaikan Presiden dalam sambutannya pada halalbihalal Ani Yudhoyono dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) dan Ria Pembangunan di Istana Negara, Jakarta, Selasa (13/9/2011).
Ia mengatakan, Indonesia memang sedang bergerak menuju bangsa yang memiliki kebebasan dengan demokrasi yang tumbuh subur.
Namun, katanya, tidak berarti kebebasan tersebut lantas menimbulkan kegaduhan, intoleransi, dan tindakan kekerasan, serta kerusuhan antarberbagai golongan masyarakat.
"Lantas kita menjadi masyarakat yang meninggalkan kesatuan dan keramahan kita. Kita tercabut dari jati diri, nilai, dan warisan luhur pendahulu kita, nilai-nilai budaya bangsa?" katanya.
Ia menjelaskan, bangsa yang maju, demokratis, dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa, harus mampu menjaga keseimbangan antara kebebasan dengan pelaksanaan tanggung jawab dan kewajiban.
Terkait dengan kondisi terakhir di Kota Ambon, Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan bahwa situasi semakin membaik dan berangsur pulih.
Ia kembali mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dan mempercayai berbagai hasutan yang menyebar melalui layanan pesan pendek telepon seluler.
"Intinya dengan imbauan bersatunya tokoh-tokoh masyarakat dan juga tokoh agama, adat, juga kalangan di luar Ambon menyerukan untuk tidak terprovokasi, tidak ikut dalam hasutan, dan tindakan itu, mudah-mudahan (Ambon) berangsur pulih," katanya.
Meski demikian, katanya, keberadaan tambahan pasukan di Ambon tetap penting untuk menjaga kewaspadaan dan hendaknya hal itu jangan dinilai sebagai hal yang negatif.
"Mereka juga lebih senang berada di markasnya masing-masing. Oleh karena itu, jangan lengah kewaspadaan. Tidak hanya aparat, tetapi seluruh komponen masyarakat yang terpenting. Jangan mudah terprovokasi, jangan mudah kena hasutan. Kalau ada ajakan, dicerna dulu. Sekarang banyak (hasutan) beredar melalui SMS. Jangan hiraukan," katanya.
Ia menjelaskan, hingga saat ini polisi terus mengusut pihak yang menyebarkan layanan pesan pendek telepon seluler yang berisi hasutan itu.
Ia mengakui, tidak mudah untuk mengusut pihak yang bertanggung jawab menyebar berita hasutan itu.
"Sekarang ini mudah membeli kartu Rp 100.000, handphone Rp 500.000. Isi SMS, selesai, saya buang. KTP palsu. Hal-hal seperti ini memungkinkan (penghasutan) terjadi. Tidak mudah. Yang terpenting adalah social awareness dan daya tahan masyarakat. Jangan mudah terhasut, jangan mau diajak berbuat anarki," kata Djoko.
Sumber : ANT / Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar